Selasa, 22 Desember 2015

Sabtu, 28 November 2015

latifah menulis


Perempuan berbuku


Menulis adalah hal yang amat disukainya. Entah apa yang menjadikannya selalu berdua dengan lembaran kertas yang dikepalnya kemanapun ia pergi. mungkin ia tak memiliki teman. Barangkali bukulah satu- satunya yang tak pernah meningglkannya, atau bahkan ia sendiri yang tak ingin berteman terlalu dekat dengan orang lain, bila kedekatannya itu hanya karena sebatas selagi dibutuhkan saja. Karna setahuku selama hidupnya jarang sekali ia bisa berkumpul dengan teman sebayanya.  hampir setiap kali kumelihatnya jalan kaki sendirian,  pergi ke kampus dengan tas gendong merah muda  kesukaannya itu. Tapi satu hal yang masih membuatku penasaran, mukanya, mukanya selalu  dihiasi dengan senyuman yang penuh dengan semangat. Apa ia tak memiliki masalah? Termasuk dunia pertemanannya itu tidak dijadikannya masalah?  Ah, ko bisa seperti itu?
Pagi itu dengan kepenasaranku, tepat ia berada dipinggir jalan menuju kampus, sengaja kuikuti ia dibelakang, langkahnya tegak dengan penuh kepastian, keceriannya terlihat, ketika ia begitu menikmati perjalanannya hingga sepertinya tak terasa lelah hingga hampir sampai dkampus. Tapi, hal yang baru  aku ketahui pula ternyata, ia selalu menyempatkan untuk sholat sebelum masuk ke kelasnya. Tanpa disadarinya ia masuk ke mesjid, dan buku kesayangannya itu tertinggal di atas tembok WC . Aku tau niat ini salah, tapi niat itu berhasil kulakukan. kepenasaranku pula yang membuatku memberanikan diri untuk membuka bukunya itu. keinginanku hanya ingin mengetahui perjalanan hidupmu. Tanganku cukup bergetar membuka buku yang diberikan tanda pita merah muda, segera kubaca, dan inilah salah satu pernyataanya, 

“Aiiiiih,,, masih  ingat jalan menuju rumahku?  Pikirku saudara sudah lupa atau sengaja dilupakan sama seperti kontak namaku diposelmu. Atas keinginan apa saudara datang kepadaku? Ingin bercerita kebolehan upah pekerjaanmu atau  mungkin, ingin memberiku sehelai  kertas undangan? Syukurlah, bila memang begitu adanya. Biar saudara puas dengan keinginan kerasmu dan tentunya akupun teramat puas menuntaskan semua planingku. Sungguh!
Atau saudara belum seperti itu. Masih ingin melobi bualan kata-kata amatir kepadaku? jika masih ingin, seharusnya saudara tak datang lagi kepadaku  bila semata-mata hanya untuk menanyakan hal itu! Sikap saudara sendiri yang sudah mewakili jawbanmu itu, bukan? Rupanya  semua perkataan saudara tentang pengharapan- pengharapan  kebahagiaan sebagai senderan satu-satunya angan–anganku ketika memilihmu. karena setahuku kebahagian sesungguhnya itu datang ketika kita ikhlas menjalani kehidupan dengan penuh kasihsayang, bukan hanya sekedar karena harta semata. Tapi  Kini tinggal hanya sebatas angan- angan saja. ah, bila saja kau ada di sini mak, maka engkau akan menonton sendiri kenyataan – kenyataan  perih yang menimpa anak sulungmu ini. lukaku sama sekali belum  terobati, karena  dunia tak seperawan dulu, alam masih saja menangis, entah kapan datangnya sang  matahari yang dapat mengobatinya. Itu dia salah satu polemik diantara banyaknya polemik, kini alam sudah tak menentu  gelagatnya. Itukah penganalogian untuk  sikap manusia, mak?
Maaf saudara, aku tengah lama tak menengok kerabat juga orangtuamu di sini, bukan apa- apa. aku hanya tak ingin mengeluarkan lisan yang kotor atas kekesalanku karena sikapmu juga keluargamu dan kutak ingin menampilkan paras masam, tak enak dipandang, kepada kerabat- kerabat kayamu itu. Karena jujur saja aku belum bisa semanis miki didepan mereka,  karena itu hanya dibuat-buat, tak seasli madu. sedang dibelakang hatiku tengah kesal bahkan  dengan mengupatmu kudapat  melampiaskannya. oh ya, maaf juga   sempat kumarah-marah waktu itu, itu karena kutak tahan menahan  perihnya luka dihatiku yang sudah kritis. Malam itu pernah kukatakan kepadamu, bila saudara masih ingat tentu akan mengiyakan. Jika saudara melangkah satu langkah, maka aku akan membalas dua langkah atau bahkan lebih dan sebaliknya pun begitu. Maka itu ulah pembuktian akan perkataanku.
Tempo hari  ibumu berkata kepadaku, pun kepada orang lain diluar sana,
” sudah jangan dipaksakan, bilang saja tak mau!  jangan membuat dalih dengan alasan mengulur waktu”.
 Lalu siapa yang terpaksa?  Aku dengan permintaan mengulurkan waktu atas alasan yang tentu menunggu sang ibu,  dengan  pengharanpanku setidaknya dengan mengisi waktu itu  engkau dapat memperlihatkan perhatianmu supaya daku percaya kesungguhanmu? Ataukah engkau yang berada dalam keterpaksaan  dengan menimbulkan sikap  tak peduli, mengabaikan, tak berikan perhatian dan tetap kukuh terhadap keinginan saudara  mengenai  kesegeraan waktu? Kau berpikir keras sejenak !
“ siapakah yang sesungguhnya berada dalam keterpaksaan itu, saudaraku?”
Sebenarkanya aku sudah tak ingin membahas mengenai kisah klise ini, karena terlalu sakit bagiku. Luka lama pun masih belum lekas dilengan kanan hatiku, mengenai keluargaku.
 kenapa lagi-lagi kau harus menambahkan luka itu dilengan kiri hatiku? Uuh, kepada siapakah akan kukeluhkan, sedang tangan kanan telah menyakiti tangan kirinya.
Kau tahu? Bukankah Allah telah memerintahkan diantara laki-laki dan perempuan untuk saling berpasang- pasangan, dan  juga saling berkasih-kasih.
 “kenapa diantara kita harus menerima keterpaksaan itu?  Jawab saudaraku?”
Tidak cukupkah dengan kisah siti nurbaya ataukah kisah azab dan sengsara untuk sekedar mengingatkanmu? Atau kau memang ingin kisah itu masuk ke dalam kehidupanmu?
Aku belum dapat seperti  ibunya mariamin yang tetap setia kepada suaminya meski ia selalu disakiti dengan gelagat buruknya. Mau tau apa  jawabannya? Karena kau belum syah menjadi pasangan hidupku. Jadi ada rongga untukku memilah laki-laki yang benar- benar tulus mencintai pasangan hidupnya, bukan karena terpaksa.”
         
 Belum sampai pada akhir tulisannya, terdengar suara pintu mesjid membuka, segera ku tutup kembali dan kusimpan kembali. Maafkan aku wanita tangguh. Ya rasanya perjalannya itu, menuju  kepantasan  bila kupanggil wanita tangguh.




Senin, 23 November 2015

membangun ide dalam menulis




Membangun ide dalam keterampilan menulis
Ide mempunyai makna sepadan dengan gagasan dan pikiran. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ide memilki pengertian sebagai rancangan  yang tersusun  di dalam pikiran. Ide berupa gagasan, oleh karena itu ide masih belum memiliki bentuk yang jelas dan abstrak. Ide memang baru berupa gagasan, keinginan, maksud dan tujuan yang hendak dicapai. Ide tidak memunyai bentuk, karena berada dalam pikiran seseorang.
 Bagaimana caranya untuk mendapatkan ide? Banyak orang yang kebingungan ketika menemukan ide, tetapi  sesunggunnya ide dapat ditemukan dan hinggap pada semua orang dengan tidak mengenal pendidikan, waktu, bahkan tempat. Ide dapat saja muncul ketika kita sedang merenung, berjalan, atau sedang menonton televisi sekalipun. Apabila  merasa sulit mendapat ide, kita dapat  memulainya dari diri sendiri diantanya dari pengalaman, keahlian, hobi, atau kondisi diri sendiri. Apabila pada keahlian misalnya, anda memiliki keahlian menggambar, tulislah buku tentang seluk beluk menggambar. Selain dari diri sendiri, ide juga  dapat kita dapatkan  dari orang lain, khususnya  orang- orang terdekat diantara kita, dengan mengambil dari pengalamannya misalnya. Kemudian ide juga dapat kita temukan dengan cara memeperbanyak membaca, karena biasanya dengan membacalah kita mendapat wawasan yang lebih luas, sehingga akan mudah mendapatkan ide. Jika kita masih merasa sulit pula untuk menemukan ide, rajinlah berselancar di dunia maya, kerena sebetulnya media masa adalah jendela dunia. Bahkan jendela itu kini sudah masuk kedalam kamar kita. Hadirnya Internet salah satunya akan menjadikan berkah bagi seorang penulis untuk lebih mudah mendapatkan ide.
Beberapa cara diatas merupakan hal  yang harus kita lakukan untuk mendapatkan ide yang ternyata sangat mudah sekali mendapatkannya. Karena sesunggunya ide tersebar dimana-mana, ada setiap saat, dan tidak akan pernah habis.



DAFTAR PUSTAKA
Pracoyo, 2006. Siapa Bilang Jadi Penulis Tidak Kaya?. Bandung:Yrama Widya.
Mawardi, Dodi, 2009.Cara Mudah Menulis Buku. Jakarta:Raih Asa Sukses.

tugas menulis karangan narasi

MENULIS KARANGAN NARASI


BIOGRAFI EEN SUKAESIH
Een  Sukaesih dilahirkan Tanggal 10 Agustus 1963, tepatnya  tinggal di Dusun Batukarut, RT 01 RW 06, Desa Cibereum Wetan Cimalaka, Sumedang Jawa Barat.              Di daerahnya ia dikenal baik oleh warganya. Beliau adalah seorang guru yang memiliki jiwa kuat, karena cobaan yang bertubi-tubi yang dihadapinya. Hampir 26 tahun sudah ia mengabdikan hidupnya untuk mengajar, berbagi ilmu dengan siswanya yang datang silih berganti kerumahnya. Sejak usia 18 tahun berada di kelas 3 SPG (Sekolah Pendikan Guru)  beliau awal mula mengalami kelumpuhan, yang dirasakannya ngilu pada sendi-sendi tangannya. Hasil tes laboratorium 5 April 1982 Dokter menyatakan menderita Rheumathoid Artitis, yang pada masa itu belum menemukan obatnya dan kebanyakan diderita oleh wanita. Selama enam tahun beliau  mengalami sakit, tetapi  masih dapat berjalan.
            Namun sejak 1987,  penyakitnya membuat lumpuh dan hanya terbaring ditempat tidur. Sakitnya dimulai dari suatu pagi, tiba-tiba saja beliau merasakan lengan kirinya tak bisa diangkat dan tak bisa digerakan. Sakitnya pun luar biasa seperti ditusuk-tusuk. Beliau dalah Alumni IKIP Bandung, sejak itu dari hari ke hari bukannya membaik, malah memburuk secara bertahap penyakitnya berkembang dari lengan kiri ke langan kanan. Beralih kelutut kiri dan kanan dan berkembang kesemua sendi dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Pada tahun 2007 tubuh bagian belakangnya seperti ada benjolan  dibekas lukanya, ia tak bisa mengobati penyakitanya kedokter, lebih memilih obat warung untuk mengobati lukanya. Sempat dilarikan diri kerumah sakit karena mengeluhkan nyeri yang luar biasa akibat penyakit lambungnya, yang menyebabkan infeksi terhadap paru-parunya sehingga ia sulit untuk bernapas. Cita-citanya untuk bertemu dengan presiden dapat terlaksana hingga dua kali pertemuan, dan pergi kejakarta untuk menerima penghargaan khusus Special Achievement Liputan 6 Award untuk kategori Inovasi, Kemanusian, pendidikan, Pemberdayaan Masyarakat dan Lingkungan. Penghargaan itu diserahkan langsung oleh mantan Wakil Presiden Yusuf Kalla yang juga menjadi dewan juru kepada ibu Een Sukaesih.     
Saat masih menjalani perawatan di RSUD Sumedang Jawa Barat kondisinya membaik, namun tidak menyangka beliau menghembuskan napas terakhirnya saat itu tanggal 12 Desember 2014, keluarga termasuk anak didiknya  ikut berdukacita atas kepergiannya.
DAFTAR PUSTAKA
Latifah. 18 November 2015, http://www.infoguruterbaru.com/2014/12/profil-dan-biodata-een-sukaesih-guru.html

tugas menulis karangan deskripsi



 MENULIS KARANGAN DESKRIPSI

Burung Beo Nias

Beo nias (Gracula robusta) merupakan jenis burung beo yang paling besar di antara jenis burung beo lainnya. Beo nias memiliki ukuran tubuh dengan mencapai 40 sentimeter, matanya berwarna cokelat gelap, memiliki jari kaki yang sama dengan kebanyakan burung lainnya yaitu empat dengan posisi tiga jari kedepan dan satu kebelakang. Paruhnya berwarna orange dengan sedikit kuning pada bagian ujungnya dan mempunyai bulu yang cukup pendek di bagian kepalanya di mana terdapat sebuah garis melengkung berwarna kuning di bagian belakang kepalanya. Hampir seluruh badan beo nias diselimuti bulu yang berwarna hitam kecuali di beberapa bagian seperti bagian belakang kepala yang berwarna kuning dan juga di beberapa bagian sayapnya yang berwarna putih.
Habitat alaminya yaitu hidup di hutan-hutan basah, terutama di bukit-bukit dataran rendah sampai dengan dataran tinggi 1000 sampai 2000 di atas permukaan laut. Hidupnya  secara berpasangan, namun terkadang juga membentuk kelompok kecil. Burung ini memanfaatkan lubang pada batang pohon yang menjulang tinggi sebagai sarangnya sekaligus juga sebagai tempat bertelur. Musim bertelur untuk beo nias ini antara bulan Desember sampai Mei. Kebiasaan beo nias ini ketika akan bertelur adalah mencari pohon-pohon tua atau pohon-pohon yang sudah lapuk, yang batangnya tegak dan tinggi, tetapi ada juga yang mencari tempat untuk bertelur di pohon enau atau pohon aren. Beo nias menggunakan ranting, serat pohon dan daun-daunan untuk membuat sarangnya. Induk beo nias mengerami telurnya yang berjumlah 2 - 3 butir selama kurang lebih 3 minggu. Warna telur biru muda dengan bercak-bercak wama coklat dan ungu muda.  Ukuran telur rata-rata 37 – 26 mm. Burung ini biasanya memakan berupa      buah-buahan, biji-bijian dan juga serangga-serangga kecil.
Beo nias  juga termasuk dalam sejenis burung anggota familia Sturnidae ( jalak dan kerabatnya) yang hanya dapat ditemukan di Pulau Nias, Sumatera Utara, Indonesia. Burung ini merupakan fauna endemik dari daerah Nias yang dikenal dengan nama Ciong. Hal yang membuat burung ini menjadi semakin unik yang berbeda dengan jenis burung beo lainnya adalah adanya sepasang gelambir cuping telinga yang berwana kuning.
DAFTAR PUSTAKA
Latifah. 23November 2015, http://www.burungperkicau.com/2015/06/ciri-ciri-burung-jalak-nias-jantan-dan-betina.html